icaios-gray cpda

Dalam rangka mendukung pengembangan kapasitas peneliti dan penelitian untuk mendukung pembangunan berbasis hasil penelitian di Aceh, ICAIOS kembali mengadakan pelatihan peneliti dan penelitian.

Mulai hari ini, Kamis, 10 November 2011, sejumlah 20 peneliti dan calon peneliti akan dilatih meneliti tentang Pembangunan Ekonomi dan Perdamaian di Aceh. Ke-20 peneliti berbakat tersebut berasal dari organisasi masyarakat sipil (OMS), LSM, PTN dan PTS, serta jajaran peneliti dari SKPA/SKPK seluruh Aceh. Peserta adalah hasil seleksi dari total 111 peminat yang melamar.

"Selama 14 hari ke depan, peserta pelatihan akan dibekali dengan teori dan alat analisis seputar masalah konflik, perdamaian, gender, pembangunan ekonomi, penulisan policy brief, dan metodologi penelitian yang menganalisis hubungan antara pembangunan ekonomi dan perdamaian," kata M. Riza Nurdin, Program Officer ICAIOS, alumni Al-Azhar, Mesir, yang baru pulang menempuh pendidikan master bidang Kajian Asia Tenggara dari Jerman.

"Peserta akan mendapatkan materi dari para ahli dan peneliti nasional dan internasional seperti Dr. Zulfan Tadjoeddin dari University of Western Sydney, Australia, seorang pakar masalah konflik dan pembangunan," tambah Riza. Guna mengasah kemampuan penelitian lapangan para peserta, ICAIOS juga akan memberikan latihan penelitian lapangan dengan bimbingan para peneliti senior di Aceh.

 

Untuk mendukung pembangunan berbasis riset dan meningkatkan kepekaan terhadap masalah pembangunan dan perdamaian di Aceh, peserta juga akan dibahani oleh para ahli dari Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) yang selama ini menangani masalah pembagunan dan penguatan perdamaian di Aceh. Dr. Aulia Sofyan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh dan Yarmen Dinamika yang lama berkecimpung dengan masalah reintegrasi lewat Badan Reintegrasi Aceh (BRA) memberikan wacana dan wawasan seputar permasalahan pembangunan ekonomi dan perdamaian pada sesi pendahuluan hari pertama.

"Kita ingin melatih lebih banyak peneliti antar bidang ilmu yang bersifat aplikatif, sehingga dapat memberi masukan untuk pengambilan kebijakan di Aceh," kata Dr. Saiful Mahdi, M.Sc, Direktur Eksekutif ICAIOS yang juga merupakan salah satu pemateri untuk metodologi kuantitatif dan ekonometrika. Menurut Dr. Saiful Mahdi, pelatihan kali ini mendapat dukungan dari Bank Dunia lewat Program CPDA dan The Asia Foundation.

"Namun semuanya hanya mungkin terlaksana dengan dukungan penuh ketiga universitas di Aceh (Universitas Syiah Kuala, IAIN Ar-Raniry, Universitas Malikussaleh) dan Pemerintah Aceh yang ikut melahirkan ICAIOS," tambahnya.

 

Kegiatan-kegiatan ICAIOS juga mendapat dukungan dari Forum Peneliti Aceh (FPA) yang merupakan forum para peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan lembaga, yang selama ini aktif melakukan advokasi penelitian untuk kebijakan. "Ketika kapasitas peneliti di Aceh makin baik, kita harapkan FPA dapat membuka jaringan yang lebih luas dengan peneliti dan ilmuwan di Sumatra, Indonesia, dan kawasan seputar Lautan India," harap Dr. Saleh Sjafei, Koordinator FPA, yang ikut mengamati pelaksanaan pelatihan di ICAIOS.

 

International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) atau Pusat Penelitian Internasional tentang Aceh dan Kawasan Samudra India merupakan lembaga konsorsium tiga perguruan tinggi negeri di Aceh (Universitas Syiah Kuala, IAIN Ar-Raniry, Universitas Malikussaleh), Pemerintah Aceh, Kementrian Ristek Indonesia, dan beberapa ilmuwan dan lembaga akademik internasional. ICAIOS didirikan dalam situasi pasca-tsunami dan pasca-konflik khususnya untuk menguatkan kajian antar disiplin ilmu dengan fokus penguatan kapasitas peneliti ilmu-ilmu sosial di Aceh.

Semenjak dirintis pada tahun 2007, ICAIOS telah berperan aktif dalam penguatan pendidikan dan penelitian di Aceh. Diantara peran tersebut adalah memberikan pelayanan dan membantu peningkatan kapasitas pelajar dan peneliti Aceh melalui beragam pelatihan berjenjang dan non-berjenjang, serta memfasilitasi kerjasama penelitian antara universitas di Aceh dan lembaga akademik internasional.